Tahun kelima Menjadi Seorang Ibu

Hari ini, 9 Oktober. Di tanggal yang sama, Dzulki lahir, dan otomatis membuatku berpredikat sebagai seorang“ibu”. Banyak hal luar biasa yang kunikmati terkait keberadaannya dalam hidupku.
Sejak dia bisa diajak berkomunikasi, aku sering menemukan keunikan darinya. Mungkin setiap anak di fasenya mengalami gaya bahasa dan proses berpikir yang sama, namun, tetap saja, momentum keunikan Dzulki sepertinya perlu kutulis. Setidaknya, ini dapat menjadi sebuah tanda cinta yang kelak mampu memotivasi dia. Mungkin saat dia sudah tumbuh besar dan aku telah menua. Hehehe….
Beberapa dialog kami biasanya aku posting di status WA. Beberapa teman merespon: Kenapa tidak dibukukan saja.
Ah, benar! Tapi sayangnya banyak yang sudah lupa. Beberapa yang sempat kucatat dan kuingat sementara beberapa hal berikut ini:
Air Rasa Kuda
Di suatu acara, aku mengisi ulang botol air minum dari gallon air yang gucinya bergambar dua ekor kuda. Dzulki membuntutiku, kemudian mengamati gallon yang krannya mulai kubuka untuk mengisi botol.
Dzulki : Bu, ini rasa kuda ya? (Tanyanya sambil menyentuh guci bergambar kuda.
Ibu : (Nyengir saja, fokus mengisi air terpecah untuk mencari jawaban untuknya)
Dzulki: Aku nanti mau merasakan air rasa kuda.
Ibu : (mengangguk dan menahan tawa)
Film Anak-Anak
Sore itu, Dzulki sedang menonton Film Upin dan Ipin di TV. Buyutnya berbaring di kasur depan TV seperti biasanya, sednagkan aku asyik bersih-bersih dapaur. Tiba-Tiba Dzulki berlari menghampiriku.
Dzulki : Ibu, Buyut itu sudah besar ya?
Ibu : Iya.
Dzulki : Tapi kenapa buyut nonton film anak-anak?
Hahahahaha!
Bayi Tinggi
Entah apa yang sedang merasukinya, sore itu Dzulki lagi manja, minta gendong.
Ibu: Masyaallah, ada bayi gede minta gendong!
Dzulki: Aku bukan bayi gede.
Ibu : Terus apa kalau bukan bayi gede? Bayi besar?
Dzulki : Bukan. Aku lho bayi tinggi.
Hehehehe…
Cita-Cita
Ibu : Dzulki kalau sudah besar mau buat apa?
Dzulki : Buat kereta panjang yang bisa terbang.
Ibu : Masyaallah! Terus, Mas Dzulki jadi apanya? Sopir kereta terbang itu?
Dzulki : Bukan, aku jadi polisinya.
Mikir sih, polisinya punya pos polisi di udara atau bagaimana ya? Hewhew….
Marka Jalan
Saat perjalanan ke sekolah, lampu merah menyala.
Dzulki : Bu, kenapa tidak ada garisnya?
Ib : Garis apa, Ki?
Dzulki : Garis itu kan harusnya ada disini. (sambil menunjuk aspal tempat ban motor bagian depan menempel).
Ibu : O, itu. Garisnya ada, tapi hilang.
Dzulki : Kenapa bisa hilang?
Ibu : Sebab kena hujan dan panas matahari.
Dzulki : Kenapa tidak dicat lagi?
Ibu : Iya juga ya?
Dzulki : gak punya uang mungkin buat beli cat.
Hahahaha!
Susu Panda
Saat di tempat belanja
Dzulki : Bu, aku boleh beli susu panda?
Ibu : Itu namanya susu beruang, Ki.
Dzulki : Bukan, ini ada gambarnya panda.
Ibu : Beruang, Ki.
Dzulki : Panda, Bu. Pandanya sedang duduk pegang air di gelas. Lihat!
Ibu : Itu segelas susu, Ki.
Dzulki : bukan, ini air. Susunya kan ada di dalam kaleng.
Ibu menyerah, gaes!
Nasehat Ayah
Waktu menjemput Dzulki, ustadzahnya laporan kalau dia tidak mau makan siang. Di perjalanan pulang, aku menawarinya makan.
Ibu : Mas Dzulki mau makan apa? Ayam goreng?
Dzulki : Beli ayam goreng ta?
Ibu : Iya, boleh. Kita beli ayam goreng
Dzulki : Bu, kata ayah lho gak boleh beli-beli terus.
Ibu : (Nyengir) O, gitu! Kemarin sudah beli ya sama ayah?
Dzulki : Iya, aku beli susu panda.
Ibu : Ya, sudah berarti pulang saja ya, nanti makannya bisa goreng tahu atau telur di rumah.
Dzulki : Ya beli ayam goreng saja.
Ibu : Katanya tadi tidak boleh beli terus?
Dzulki : Itu kan sama ayah. Sama ibu belum beli.
Kucing
Dzulki sedang mengulang pelajaran tentang gender.
Dzulki : Kalau Dzulki sama ayah sama Mbahkung itu muslim. Kalau Ibu sama Mbahbuk sama Buyut itu muslimah.
Ibu : Betul.
Dzulki : Kalau Mas Ihsan itu muslim ya, Bu?
Ibu : Iya.
Dzulki : Kalau adek Azka muslim?
Ibu : Iya.
Dzulki : Kalau Aca muslimah ya?
Ibu : Iya, Aca muslimah kayak ibu.
Dzulki : Kalau kucing, muslim atau muslimah?
Hihihihi…….. Habis manusia kok jadi kucing sih, Ki.
Perut Berisi Adik
Dzulki : Bu, dulu aku di perutnya ibu ta?
Ibu : Iya, dulu. Terus Mas Dzulki keluar jadi bayi. Kecil sekali!
Dzulki : Perut tempatnya adik bayi? (wajahnya gusar)
Ibu : Iya.
Dzulki : (Membuka bajunya) Perutku besar, Bu, lihat! Apa nanti keluar bayinya?
Ibu : Tidak, perutnya muslim tidak ada bayinya.
Dzulki : (tersenyum lega) yeyyy, perutku gak ada adiknya!
$#%$%&&^
Ibu Gak Sayang
Saat bersiap tidur, Dzulki menepuk-nepuk perutku.
Dzulki : Perutnya ibu besar.
Ibu : (pengen gulung-gulung menyadari kegendutanku)
Dzulki : Adiknya nanti keluar ta ini?
Ibu : Kalau iya bagaimana?
Dzulki : (diam sebentar, terus pindah posisi memunggungiku) Ibu gak sayang ta sama aku?
Ow, so sweet!
Cinta Saja atau Cinta Banget
Ibu : I love you, Ki.
Dzulki : (diam saja)
Ibu : Dzulki cinta kan sama ibu?
Dzulki : Iya cinta. (sambil bermain)
Ibu : Cinta saja atau cinta banget? (Emaknya mulai lebay)
Dzulki : Cinta banget.
Love you, dear!!!!
Ibu Jangan Tua
Dzulki : Bu, nanti aku bisa tinggi ya, kayak Ayah?
Ibu : Bisa donk. Makan sayur yang banyak dan olahraga biar tubuhnya sehat dan tinggi.
Dzulki : Nanti tinggi lebih dari ibu?
Ibu : Iya. Nanti kalau ibu sudah tua, gendong Ibu ya, Ki!
Dzulki : (matanya berkaca-kaca) Ibu jangan tua, nanti aku sedih!
Hidung Ayah
Dzulki : Bu, kenapa hidungku tidak tinggi kayak hidungnya Ayah?
Ibu : Dzulki kayak ibu, hidungnya pas, tidak terlalu tinggi. (wkwkwkwk)
Dzulki : O….
Ibu : Kira-kira kalau sudah besar nanti, hidung Dzulki bisa jadi tinggi kayak Ayah gak ya?
Dzulki : Enggak.
Ibu : Siapa tahu, Ki.
Dzulki : Enggak, Bu. Hidungku segini aja.
Eh????
Selalu ada saja momen2 lucu bersama anak. Semoga Dzulki jadi anak yang Sholeh ya bu
Pasti menyenangkan sekali menjadi ibu. Membersamai anak sehingga membuatnya sebesar sekarang.
gemesin Dzulki, semoga tumbuh menjadi anak yang sholeh dan kebanggaan orang tua ya Bu, Aamiin
Anak-anak itu lucu, ya. Logika anak-anak itu masih bebas. Biasanya kalo nalarnya jalan pasti bikin ketawa atau paling tidak tersenyum. Btw, selama ulang tahun Dzulki. semoga menjadi anak yang shaleh.
samaan. aku juga sering posting obrolan dg anak2 di status wa, tapi gak ada yg nyaranin utk dijadikan buku, hehe.
Ya ampun lucu banget sih Dzulki, jadi pingin towel pipinya. Eh tapi harus ijin dulu ya nowel2 pipi anak orang, hihihi…
barakallah ternyata dzulki sudah 5 tahun, besok acara Muswil dibawa yak. pengen ketemu sama fansnya ultaman
Ah aku kelewat menuliskan hal-hal remeh yang luar biasa ini. Banyak banget celotehan kecilnya yang aku ingat namun perlahan pudar karena tidak ditulis.
Dzulki lucu banget. Btw kalau bagian ibu jangan tua nanti aku sedih duuh ini juga diucapkan Kakak Sierra ke bundanya Ki.
Anak-anak itu memang tercipta membahagiakan, melahirkan kasih sayang ya, Mbak…. Dan waktu seperti terlalu cepat membuatnya besar. Hehehe
Kalau ketemu jadi pengen cubit Dzulki. Ya Allah, semoga dimudahkan juga bagi saya dan istri punya anak cerdas seperti Dzulki
Anak pinter. Bersama dengan kepolosannya, ia hadir sebagai hiburan batin tersendiri untuk ibu bapaknya. Semoga dzulki jd anak sholeh.
Kelakar anak kecil emang lucu, ya….bikin kita ketawa terus.
Lucu amat ya Dzulki, hiburan banget ya punya anak kecil, ada sahabat dan mainandi rumah hihi
Aku telat baca tulisan ini.
Barakallah Dzulki semoga menjadi anak sholih yang selalu sayang ibunya.
Bagus kalau dibukukan, Bund.
Saya pernah baca buku yang isinya keseluruhan juga percakapan anak dengan orangtuanya macam begitu.